Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu melayangkan kecaman kepada Presiden AS Joe Biden yang sengaja menahan pengiriman 2.00 Pon bom ke tentara Israel. Isu penundaan pengiriman senjata mencuat ke publik setelah Sekretaris pers Gedung Putih Karine Jean Pierre mengumumkan bahwa negaranya akan menangguhkan pengiriman bom tertentu untuk Israel. Dalam keterangan resminya, Pierre menjelaskan bahwa penangguhan bom seberat 2.000 pon ini disepakati oleh pemerintah Biden karena adanya kekhawatiran terkait penggunaan bom buatan AS untuk membunuh warga sipil Palestina di Gaza.
"Kami terus meninjau satu pengiriman yang telah dibicarakan oleh Presiden (Joe) Biden sehubungan dengan bom seberat 2.000 pon karena kekhawatiran kami tentang penggunaannya di daerah padat penduduk seperti Rafah," kata Pierre dikutip dari Al Monitor. Meski penangguhan hanya diberlakukan untuk pengiriman senjata jenis bom, namun imbas penangguhan tersebut kini persahabatan antara Israel dan Amerika Serikat diisukan retak. Memperburuk hubungan Tel Aviv dengan Washington yang sebelumnya sempat merenggang lantaran Presiden Joe Biden menyebut sekutu dekatnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu orang jahat sialan.
Kunci Jawaban PAI Kelas 11 Halaman 59 60 61 62 Kurikulum Merdeka: Penilaian Pengetahuan Bab 2 Halaman 4 Keluarga Sandera AS Israel: Netanyahu Jangan Pidato di Kongres Sebelum . . Serambinews.com Isu ini diperkuat dengan mencuatnya beberapa sumber dekat Biden yang mengatakan sang Presiden AS secara personal menyebut Netanyahu sebagai "bad fucking guy" atau orang jahat sialan.
Selama puluhan tahun Amerika Serikat (AS) diketahui menjadi penyokong utama pendanaan militer Israel dalam setiap perang melawan musuh musuhnya. Tak tanggung – tanggung untuk membantu pertahanan Israel, setiap tahunnya negeri Paman Sam ini menyumbangkan bantuan militer senilai 3,8 miliar dolar AS atau setara Rp 60,27 triliun. Bahkan ketika ketegangan antara Hamas dan Israel berlangsung, AS trrus memberikan ke Tel Aviv dengan memasok 21.000 amunisi peluru artileri berukuran 155 mm, ribuan amunisi penghancur bunker dan 200 drone kamikaze serta bom presisi Spice Family Gliding Bomb Assemblies dengan nilai 320 juta dolar atau setara Rp5 triliun untuk Israel.
Menurut catatan The Washington Post, sejak perang Gaza pecah pada 7 oktober silam, Amerika Serikat setidaknya telah menyetujui 100 perjanjian senjata dengan pendudukan Israel. AS mengklaim penjualan peluru tank kepada Israel merupakan bentuk dukungan untuk kepentingan keamanan Timur Tengah dari ancaman Hamas. Namun tindakan ini mendapat sorotan negatif dari sejumlah pihak. Para aktivis hak asasi manusia bahkan menyatakan keprihatinannya atas penjualan tersebut, mereka menyebut tindakan Amerika tidak sejalan dengan upaya Washington untuk menekan Israel agar meminimalkan korban sipil di Gaza. Justru transfer senjata dapat memperparah perundingan damai yang sedang diusahakan.